BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Setiap
agama atau kepercayaan, biasanya selalu memiliki doktrin atau kepercayaan yang
menjadi penekanan dan sekaligus menjadi ciri khas dari kepercayaan itu. Demikian
juga dalam kekristenan. Doktrin mengenai keselamatan merupakan salah satu
doktrin yang sangat sentral, mendasar serta kepercayaan yang unik jika
dibandingkan dengan kepercayaan agama lain.
Dalam
dunia Teologi Kristen, ajaran tentang keselamatan dikenal dengan Istilah
“Soteriologi”, yang berasal dari dua kata Yunani “Soteria” yang berarti
“keselamatan” dan “Logos” yang berarti “hal”, “ucapan” atau “kata”[1]. Penulis
setuju dengan apa yang disampaikan oleh dosen di kelas bahwa dari semua mata
kuliah yang dipelajari dalam Teologi, ajaran tentang keselamatan adalah doktrin
yang mendapat tempat sangat penting.[2].
Pemahaman yang benar mengenai ajaran ini akan sangat mempengaruhi kehidupan orang
Kristen secara praktis.
Banyak
orang yang menganggap ajaran tentang keselamatan tidak perlu lagi diajarkan kepada
jemaat yang sudah “Dewasa”. Dengan kata lain, hanya perlu diajarkan bagi para
petobat baru. Akibatnya banyak jemaat yang masih bingung bahkan punya pemahaman
yang salah mengenai ajaran ini. Padahal jika diperhatikan dengan baik, ajaran
ini selalu menjadi pokok penting di setiap pembahasan Paulus dalam
surat-suratnya.
Karya
Penyelamatan tidak dimulai pada zaman Yesus, tetapi sejak kekekalan Ia telah
memulai karya ini. Ada orang yang berfikir bahwa karya keselamatan hanya
dikerjakan oleh Yesus dan selebihnya adalah pekerjaan kita. Itulah sebabnya
penulis berharap melalui penulisan ini, dapat menjelaskan bagaimana Pribadi
Bapa, Anak dan Roh Kudus berkarya dalam keselamatan orang percaya. Sehingga
dalam pembuatan makalah ini penulis mengambil Judul : “KARYA PENYELAMATAN ALLAH
TRITUNGGAL”. Penulis tahu bahwa ini sulit menjelaskan semuanya dalam 12
halaman, tapi setidaknya memberikan gambaran yang singkat.
BAB II
KONSEP KESELAMATAN DALAM IMAN KRISTEN
Latar Belakang Karya
Penyelamatan Allah
Pada
mulanya ketika Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, Alkitab
beberapa kali berkata bahwa semua diciptakan dalam keadaan baik adanya (Kejadian
1:31), bahkan manusia diciptakanNya menurut gambarNya (Kej. 1:26,27). Lebih
dari pada itu manusia diberikan kuasa atas segala ciptaan lainnya (kej 1:28).
Ciptaan Allah begitu indah. Akan tetapi ketika saat membaca selanjutnya kisah
dalam kejadian 3, terjadi sebuah peristiwa yang sangat mengerikan. Ciptaan yang
tadinya semuanya indah dan baik adanya, rusak karena pelanggaran Adam dan Hawa
terhadap perintah Tuhan. Kehendak bebas (free will) yang diberikan Allah kepada
manusia akhirnya lebih memilih untuk melawan perintah Allah. Peristiwa dalam kejadian 3 ini telah mengubah
status manusia menjadi mahkluk yang tidak bisa mengelak dari kematian. Manusia
menerima konsekuensi dari pelanggaran mereka ( Kej 2:17). Pelanggaran Adam dan
Hawa membuat semua ciptaan lainnya (Kej 3:18) dan bahkan semua keturunannya
harus menerima konsekuensi dari dosa itu. Daniel Ronda menyebutnya “Dosa
Warisan”[3]
(Roma 3:23; 5:12; 6:3; Efs 2:1; Kol 2:13; Ibr 9:27).
Kematian manusia
bukan hanya sekedar menanggung kematian secara fisik, tetapi lebih dari pada
itu, yakni kematian rohani atau Kerusakan Moral secara total/ Total
Divrivity (Ef 2:1), yang berarti bahwa keterpisahan dari Allah
selama-lamanya. Dengan demikian, Sama halnya dengan seorang yang mati secara
fisik tidak akan bisa berespon apa-apa ketika di berikan hal-hal jasmani,
demikian dengan orang yang mati secara Rohani juga tidak akan berespon ketika
mendengar atau melihat hal-hal yang Rohani. Orang yang mati secara rohani tidak
akan bisa berespon kepada hal-hal rohani. Segala kehendaknya hanya melakukan
hal yang jahat dimata Tuhan. Alkitab secara tegas menyatakan bahwa sebaik
apapun moral seseorang, bagi Allah itu adalah adalah sebuah kejijikan (Yesaya
64:6). Bahkan akibat dosa, sebenarnya kecenderungan manusia hanya untuk
melakukan yang jahat di mata Tuhan.[4] Tidak
ada jalan bagi manusia untuk bisa kembali kepada Allah. Dengan kata lain
manusia tidak akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri. hubungan itu hanya akan
terjalin kembali ketika Allah yang mencari manusia. ( Kej 3:...; Yoh 15:16).
Karya
Penyelamatan Allah Tritunggal
Allah adalah
kasih adanya (1 Yoh 4:8). Kejatuhan manusia dalam dosa memutuskan hubungan
Allah dan manusia, tetapi tidak menghilangkan kasih Allah kepada Manusia (Yoh
3:16). Allah membenci dosa tetapi mengasihi manusia, sehingga ini menjadi
seperti sebuah “Dilema”. Dosa harus dihukum (Rom 6:23), tetapi disisi lain
Allah mengasihi manusia yang berdosa (Yer 31:3). Lalu bagaimana cara Allah
mempertemukan antara penghukuman dan kasihNya? Karya Allah Teritunggal terlihat
jelas dalam “Rencana kekal” Allah. Paulus menggambarkan hal ini secara jelas
dalam Efesus 1:3-14.
Allah Bapa
Merencanakan Karya Penyelamatan
( Pemilihan/Predestinasi,
Panggilan Allah dan kelahiran kembali)
Pilihan/Predestinasi
Karya Allah
dimulai dari pemilihan Allah sejak sebelum dunia dijadikan (Ef. 2:6). Pemilihan
ini dilakukakanNya berdasarkan kedaulatanNya secara penuh. Ia tidak
berkewajiban untuk memilih siapapun, karena sebenarnya semua orang telah
kehilangan kemuliaan Allah. (Rom 3:23).[5] Hanya
karena oleh kasihNya, Ia memilih (walaupun itu tidak harus bagiNya)
menyelamatkan sebagian orang untuk menikmati kemuliaanNya.[6]
Pemilihan ini juga disebut sebagai “Perdestinasi”. Menurut Abraham Park,
“Takdir mutlak ini bukan berdasarkan pada pekerjaan yang baik, perbuatan
mulia... Hanya oleh kehendak Allah yang berdaulat.”[7]
Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak dipilih? Doktrin ini tidak muda untuk
dipahami tetapi ada dua pandangan yang berbeda mengenai pertanyaan ini. Ada
sebagian orang berpendapat bahwa Allah secara aktif menetapkan orang-orang yang
akan binasa (Amsal 14:6; Yoh 17:12; Luk 22:22; Yud 1:4); Sedangkan sebagian
orang berpendapat bahwah Allah membiarkan mereka, artinya Allah tidak secara
aktif menentukan mereka untuk binasa. Akan tetapi apa yang penting bahwa
manusia yang tidak dipilih, binasa karena dosanya sendiri bukan karena
ditentukan untuk binasa atau bukan karean tidak dipilih, sehingga Allah tidak
bertanggung jawab atas kebinasaan mereka. Mereka binasa karena dosanya sendiri
( Luk 22:22).
Panggilan Allah
Ada dua jenis
panggilan Allah:
1.
Panggilan Umum, merupakan Panggilan atau tindakan Allah menawarkan
keselamatan kepada semua orang tanpa terkecuali. Panggilan keselamatan
ditujukan kepada semua manusia. panggilan ini dapat ditolak atau diterima oleh
manusia (Matius 11:28; Yohanes 3:16; Matius 28:19,20; Mat 22:9).
2.
Panggilan Efektif, panggilan ini hanya ditujukan kepada orang-orang
pilihanNya. Panggilan ini begitu kuat, karena Allah sendiri yang
memanggil walaupun kadang Dia menggunakan berbagai sarana untuk memanggil
orang-orang pilihanNya, termasuk juga dengan menggunakan panggilan umum.
Panggilan Efektif tidak dapat ditolak. Bagaimana pun kita harus mengakui bahwa
Allah bekerja dalam diri manusia sehingga bisa menerima Panggilan itu ( Filipi
2:13; 1 Kor 12:3)
Kelahiran Kembali
Semua manusia
yang telah mati secara rohani (Efs 2:1) tidak lagi mampu merespon terhadap
hal-hal yang rohani. Dengan kata lain, tidak ada kemauan untuk kembali kepada
Allah. Itulah sebabnya diperlukan kelahiran kembali. Kelahiran kembali
merupakan tindakan Allah untuk memberikan kehidupan rohani kepada manusia untuk
bisa berespon terhadap Injil.[8] Itulah
sebabnya dalam pengalaman pribadi kita, James M. Boice berkata: “Langkah
pertamanya adalah kelahiran kembali secara Rohani”.[9]
Seorang yang
tidak dilahirkan kembali tidak akan mampu berespon kepada kasih karunia atau
keselamatan yang di tawarkan oleh Allah (Yoh 6:44). Kelahiran kembali sepenuhnya dikerjakan oleh
Allah (Yoh 6:65). Kalau manusia bisa bersepon terhadap Injil, karena manusia
itu telah dilahirkan kembali.[10]
Kristus
melaksanakan Karya Penyelamatan
( Pengorbanan, Penebusan/Pengampunan
dan pembenaran)
Setelah melihat
peran Bapa dalam merencanakan keselamatan, selanjutnya, penulis akan
menjelaskan bagaimana karya itu dilaksanakan oleh pribadi kedua dari Tritunggal
- oleh AnakNya yang tunggal Yesus Kristus.
Pengorbanan
Pengorbanan
Kristus bukan hanya terjadi diatas kayu salib, tetapi terjadi sejak Ia
berinkarnasi dan menjadi seorang manusia sejati. Seperti yang dapat dilihat
dalam Filipi 2:6,7, dimana Ia “Yang walaupun dalam rupa Allah, . . . telah mengosongkan
diriNya sendiri dan menjadi sama dengan manusia”. Ia adalah Allah yang empunya
segala yang ada, tetapi datang dalam sebuah keadaanNya sebagai manusia yang
hina. Ia Taat kepada Bapa sampai Dia harus mati diatas kayu salib untuk
menggantikan manusia yang seharusnya dihukum karena dosa. John Calvin pernah
berkata: “Anak Allah menjadi Anak Manusia sehingga anak-anak manusia menjadi
anak-anak Allah.
Penebusan
Dalam konsep Perjanjian
lama, Tidak ada pengampunan dosa tanpa korban yang disembelih. Itulah sebabNya
Ibrani 9:22 menegaskan bahwa “. . . Tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan”. Sehingg Kristus sendiri datang menjadi korban pendamaian untuk
segala dosa manusia (1 Yoh 2:2). Kematian
Kristus telah membuktikan keadilan Allah yang harus menghukum dosa, sekaligus
membuktikan kasihNya yang begitu besar kepada manusia. seluruh murka Allah
telah ditimpahkan kepada Kristus diatas kayu salib. Kematian Kristus juga
digambarkan sebagai pembayaran utang dosa (Mat 20:28). Masalah yang muncul adalah, apakah Yesus mati
bagi semua orang atau hanya bagi orang pilihan saja? Untuk menjawab pertanyaan
ini, prinsip yang tidak bisa dilupakan adalah “Barangsiapa yang percaya akan
diselamatkan, yang tidak percaya akan binasa”. Hanya orang yang dilahir barukan
yang bisa percaya. Dan hanya orang pilihan yang akan menerima Roh kudus untuk
bisa lahir baru dan percaya dan bertobat kepada Kristus.
Pembenaran Di dalam Kristus
Kata
“Pembenaran” sering dipakai dalam pengadilan untuk menyatakan seorang
dinyatakan salah atau benar. Hakim berhak menyatakan seorang salah atau benar.
Pembenaran di dalam Kristus diartikan bahwa ketika detik pertama seorang
percaya kepada Kristus, kebenaran Kristus menjadi kebenarannya juga. Detik
pertama ketika menjadi pengikut Kristus, dia disatukan dengan Kristus ( Roma
8:10; Kol 1:27; Yoh 15:7), sehingga Allah tidak lagi melihat manusia yang penuh
dengan dosa, tetapi melihat Kristus yang ada dalam diri orang percaya yang
penuh dengan kekudusan ( Yoh 17:19). Yesus tidak berdosa, sehingga ketidak
berdosaan Kristus menjadi bagian orang percaya.
Kesatuan
orang percaya dengan Kristus dapat digambarkan seperti hubungan pernikahan,
dimana ketika seorang telah menikah, maka: “Apa yang menjadi milik istri
menjadi milik suami, demikian juga apa yang menjadi milik suami juga menjadi
milik istri”.[11]
Apa yang menjadi miliki orang percaya? Dosa, ketidakbenaran, ketidak adilan,
kenajisan, dll. Itu sudah diberikan kepada Kristus dan Dia telah memikulnya
diatas kayu Salib. Apa yang dimiliki Kristus? Kebenaran, kekudusan, ketaatan,
dll. Juga diberikan kepada setiap orang percaya. Jadi, orang Kristen dibenarkan
bukan karena usahanya untuk melakukan yang benar, tetapi kebenaran Kristus
itulah yang membenarkan orang percaya. Itulah sebabnya bukan hanya kelahiran,
kematian, dan kebangkitan Kristus yang penting bagi orang Kristen, tetapi juga
seluruh kehidupanNya. Karena ketaatanNya juga penting sebagai dasar bagi orang
percaya dibenarkan.
Menurut
Paul Ellis, ketika orang percaya jatuh dalam dosa, Ia tidak sedih dan marah
lagi karena dosa itu, karena kemarahanNya sepenuhnya sudah ditimpakan kepada
Kristus, hanya Dia bersedih karena dosa membuat anak-anakNya tidak bisa
menikmati hadiratNya.[12]
Allah tidak menghakimi dosa yang sama dua kali. Ia telah menghukum semua dosa
diatas kayu salib. Inilah pembenaran di dalam Yesus Kristus.
Roh Kudus
Menyelesaikan Karya Penyelamatan
( Iman,
Pertobatan, Pengudusan, adopsi dan ketekunan orang Percaya, )
Setelah membahas
bagaimana Yesus melaksanakan karya penyelamatan Allah, kita akan melihat
bagaiman karya Allah dalam menyelesaikan keselamatan melalui Roh Kudus. Iman,
pertobatan dan Pengudusan, adopsi, dan ketekunan orang percaya pekerjaan Allah melalui Roh kudus yang memampukan orang percaya tetap
terjaga keselamatannya.[13]
Iman
Iman
adalah karya Roh kudus yang harus ada dalam proses keselamatan.[14]
Beberapa ayat yang menegaskan hal ini, Ibrani 11:6 “Tanpa Iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah”. Demikian juga dengan Efesus 2:8,9 “Sebab
karena kasih Karunia kamu diselamatka oleh iman...”. Iman yang benar dan
menyelamatkan adalah iman yang mencakup pengetahuan (akal), Pengakuan (mulut)
dan kepercayaan (dalam Hati).[15]
Dengan demikian secara otomatis akan menimbulkan pertobatan.
Pertobatan
Pertobatan merupakan penyesalan secara
mendalam dan tulus dari seseorang karena dosa, serta komitmen yang baru untuk
taat kepada Kristus.[16]
pertobatan di terjemahkan dari kata Yunani “μετανοια” yang berarti “Perubahan Pikiran”.[17]
Artinya ketika seorang telah disatukan dengan Kristus, dia akan memiliki
pikiran yang baru. Kemungkinan untuk tetap jatuh dalam dosa tetap akan ada,
tetapi akan sangat berbeda, karena sebenarnya seorang yang telah bertobat pasti
tidak mau jatuh dalam dosa, sehingga dia akan sangat terpukul dan tidak akan
mau jatuh lagi. Dengan kata lain, dia akan membenci dosa. Penulis ingin
menggambarkan antara orang bertobat dengan orang yang belum bertobat itu seperti
perbedaan antara ayam dan bebek yang jatuh kedalam air. Perhatikan jika ayam
jatuh dalam air, ia tidak akan merasa tenang disana karena bukan tempatnya,
sehingga ia akan berusaha untuk keluar dari air. Berbeda halnya dengan bebek,
ia tidak akan berusaha untuk keluar dari dalam air, justru ia akan menikmati
berenang di dalam air, karena itu adalah tempatnya.
Pengudusan
Banyak orang Kristen memahami salah arti
kekudusan. Ada yang berfikir bahwa kekudusan diperoleh ketika seseorang dapat
menaati peritah Tuhan dalam Alkitab. Paham ini keliru, karena sebenarnya tidak
ada satupun yang bisa manusia lakukan untuk menjadi kudus. Itu adalah karya Roh
kudus dalam diri orang percaya. Pengudusan ada tiga macam: Pertama, pengudusan Secara status. Paulus sering menyebut
jemaat sebagai orang kudus (Rom 1:7; Efe 1:1,Fil 1:1, dll). Orang percaya sudah
dikuduskan (1 Kor 6:11).[18] Namun dalam perjalanan terkadang orang
percaya tidak hidup sesuai dengan statusnya/identitasnya sehingga ada
pengudusan yang Kedua, pengudusan secara Progresif, dimana pengudusan
ini berlaku sepanjang hidup orang percaya. Setiap hari semakin dikuduskan.
itulah sebabnya 1 Petrus 1:16 berkata “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”. Penulis
surat ini bukan bermaksud untuk meminta kita memperoleh pengudusan, tetapi
justru karena kita sudah dikuduskan sehingga kita perlu hidup sesuai dengan
identitas atau status kita. Ketiga, pengudusan secara Final akan terjadi
ketika orang percaya telah masuk surga dimana tidak ada lagi kemungkinan untuk
jatuh dalam dosa. Orang percaya akan hidup sesaui dengan identitasnya.
Adopsi
Detik pertama ketika seorang menjadi
percaya, Ia diangkat menjadi anak-anak Allah ( Yoh 1:12) atau di adopsi,
sehingga status orang percaya bukan lagi sebagai musuh Allah (Roma 5:10)
melainkan anak-anak yang sangat di kasihi. Status sebagai anak-anak Allah ini
penting, karena ketika kita menjadi anak, tidak ada yang bisa memisahkan kita
dari kasih Bapa. “Bapa mengasihimu ketika engkau baik, dan Ia mengasihimu
ketika engkau nakal”.[19]
Ia mengasihi anak-anakNya sepanjang waktu dengan kasih yang kekal. Seperti
layaknya seorang Bapa yang baik, Ia mengasihi anak-anakNya terlepas dari
perilaku mereka. Apapun keadaannya, tidak akan mengubah statusnya. Kasih Bapa
bukan kasih yang bersyarat, tetapi tanpa syarat.
Ketekunan
Orang Percaya
Ketekunan orang-orang
percaya adalah karya Roh Kudus dalam diri manusia yang memampukan manusia untuk
hidup taat kepada Allah sebagai cara Allah menjamin keselamatan orang percaya.
Penulis percaya, “Sekali selamat tetap selamat”. Itu berarti bahwa keselamatan
tidak akan hilang karena tidak bergantung pada manusia melainkan bergantung
pada kuasa Roh Kudus yang terus memampukan orang percaya selalu taat. Jadi,
sangat keliru kalau ada orang percaya yang mengaku telah diselamatkan tetapi
masih memiliki pola hidup yang sama sebelum menjadi orang percaya.
BAB III
PAHAM-PAHAM YANG KELIRU MENGENAI KESELAMATAN
Antinomianisme Dan Legalisme
Sejak
Reformasih protestan, ada dua pemahaman ekstrim yang biasa dilakukan ketika
salah memahami Injil yang Alkitabiah yakni Antinomianisme dan Legalisme. Kedua
istilah ini berasal dari kata latin dan Yunani yang berarti “Hukum”.[20]
1.
Legalisme, adalah pandangan yang menganggap bahwa
segala yang diberikan Allah bagi kita adalah merupakan hasil kerja kita. Ketika
kita melakukan kebaikan, Allah berhutang untuk memberkati kita dengan kebaikan
kita.[21] Legalisme
bukan hanya percaya bahwa kita diselamatkan melalui perbuatan baik, tetapi juga
melihat kasih Allah yang sifatnya bersyarat atau tergantung pada apa yang bisa
kita lakukan. Paham ini juga banyak ada dalam gereja yang terlalu menekankan
Moralitas dan sedikit mengabaikan Injil. Sebenarnya ada banyak orang yang
berfikir seperti ini, di mulut mereka mengaku diselamatkan oleh Anugrah Allah,
tetapi dalam kenyataan mereka selalu mengandalkan ibadah dan kebenaran diri
sendiri.
Jika pemahaman ini benar, maka penulis yakin bahwa
surga akan dipenuhi oleh orang-orang sombong, yang dimana akan saling
memperlihatkan kemampuannya bagaimana bisa sampai ke surga.
2.
Antinomianisme, terdiri dari tiga kata, “Anti”
berarti “Berlawanan”, “Nomos” berarti “Hukum” dan “Isme” artinya “Pandangan”
atau “ide”. Antinomianisme adalah sebuah penalaran yang keliru dari Karunia
Allah dalam injil. Pandangan ini berfikir bahwa kita bisa berhubungan dengan
Allah tanpa perlu menaati perkataan dan perintahNya. Pandangan ini terlalu
melebih-lebihkan kasih Allah dan lupa sifat allah yang lainnya, mereka lupa
keadilan, kekudusan dan kesucian Allah. Mereka sama sekali tidak peduli
terhadap perilaku manusia, mereka lupa bahwa Alkitab juga banyak bicara
mengenai Upah.
Hyper Grace dan Hyper
Calvinisme
Kedua
pandangan ini kadang sulit untuk dibedakan. Bahkan mungkin beberapa orang
mengidentikkannya. Pada dasarnya kesimpulan yang diambil oleh kedua pandangan
ini hampir sama, tetapi perbedaan yang sangat menonjol pada penekanan
masing-masing. Hyper Calvinisme menitikberatkan keselamatan pada Presdestinasi,
sedangkan Hyper Calvinis melatakkan konsepnya pada dasar salib Kristus. Penulis
berfikir bahwa konsep atau dasar Teologi mereka sangat cukup Alkitabiah, tetapi
kesimpulan yang mereka tarik sangat keliru. Interpretasi mereka terhadap kasih
karunia Allah justru membawah kepada paham yang salah:
1.
Hyper Grace,[22] menganggap bahwah pengampunan sudah diberikan
Tuhan sehingga orang Kristen tidak perlu lagi minta ampun dan mengaku dosa
kepada Tuhan. Tidak perlu membicarakan dosa dan aturan-aturan hukum yang
sifatnya mengikat. Namun mereka lupa bahwa memang pengakuan kita tidak membuat
kita di ampuni, tetapi itu menyukakan hati Bapa. Mereka juga lupa bahwa Alkitab
baik PL maupun PB bukan hanya bicara soal pemberian Tuhan secara Cuma-Cuma,
tetapi juga bicara soal Upah.
2.
Hyper Calvinis, mengemukakan bahwa karena keselamatan
sudah ditentukan Tuhan sehingga sebenarnya tidak ada lagi gunanya kita
memberitakan Injil dan bisa hidup semaunya karena keselamatan kita dijamin
Tuhan. Mereka lupa bahwa bukti seorang yang telah diselamatkan dan di benarkan
pasti tidak akan hidup lagi dalam dosa, karena mereka adalah hamba kebenaran.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari semua penjelasan diatas, maka
penulis menyimpulkan bahwa doktrin keselamatan adalah doktrin yang sangat Urgen
dalam iman Kristen. Pemahaman orang Kristen mengenai keselamatan sangat
mempengaruhi tindakan iman seseorang. Karena itu penting sekali gereja
menjelaskan pemahaman yang benar kepada jemaat.
Keselamatan adalah murni karya Allah
tanpa andil manusia di dalamnya. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk
memegahkan diri. Peran ketiga Pribadi Allah sangat nyata dalam karya
penyelamatan Allah, dimana Allah merencanakan, Yesus Kristus melaksanakan Karya
itu dan Roh kudus menjamin serta
menyelesaikan keselamatan orang-orang pilihan Allah. Allah telah membenarkan
dan menguduskan orang percaya karena kekudusan Yesus, sehingga keselamatan
tidak akan hilang. Hal itu bukan berarti bahwa orang kristen bisa hidup semaunya
atau tetap hidup dalam dosa, tetapi justru Allah memampukan orang percaya
untuk hidup taat sebagai jaminan keselamatan.
Doktrin pembenaran dan pengudusan
merupakan ciri khas dari iman Kristen. Namun, tidak sedikit orang Kristen yang
tidak memahami dengan benar ajaran ini. oleh sebab itu penting bagi setiap
hamba Tuhan atau calon hamba Tuhan diperlengkapi dengan ajaran ini.
Penulis sangat terinspirasi oleh sebuah
buku yang dikarang oleh Tomothy Killer “Preaching” yang menekankan pentingnya
Injil disampaikan dalam setiap pemberitaan kita. Killer menekankan bahwa
sebenarnya semua topik dalam Alkitab selalu berorientasi pada Kristus.[23]
Jadi, bicara apapun tujuan akhirnya adalah membawah orang mengerti Injil.
Segala kemuliaan hanya bagi Allah adalah akhir dari seluruh tujuan hidup kita.
[1] Cristofer J.
Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ) 2018, 2
[2] Cristopfer J.
Luthy, Penyampaian dalam materi Kuliah TS III
[4] James M.
Boice, Dasar-dasar Iman Kristen ( Surabaya: Momentum, 2015), 474.
[5] Hendry C.
Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2015), 393.
[6] Cristofer J.
Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ) 2018, 6
[7] Abraham Park,
Sejarah Penebusan: Pertemuan yang tak Terlupakan ( Jakarta: Yayasan Damai
Sejahtera Utama, 2011), 26.
[14] Ibid, 463
[15] Cristofer J.
Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ, 2018), 19.
[16] Ibid,. 21
[17] Ibid,. 21
[22] Sebenarnya ada banyak point-point lain, tetapi menurut penulis
kedua pandangan ini yang menonjol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar