Senin, 13 Mei 2019

“KARYA PENYELAMATAN ALLAH TRITUNGGAL”. soteriologi makalah


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Setiap agama atau kepercayaan, biasanya selalu memiliki doktrin atau kepercayaan yang menjadi penekanan dan sekaligus menjadi ciri khas dari kepercayaan itu. Demikian juga dalam kekristenan. Doktrin mengenai keselamatan merupakan salah satu doktrin yang sangat sentral, mendasar serta kepercayaan yang unik jika dibandingkan dengan kepercayaan agama lain.
Dalam dunia Teologi Kristen, ajaran tentang keselamatan dikenal dengan Istilah “Soteriologi”, yang berasal dari dua kata Yunani “Soteria” yang berarti “keselamatan” dan “Logos” yang berarti “hal”, “ucapan” atau “kata”[1]. Penulis setuju dengan apa yang disampaikan oleh dosen di kelas bahwa dari semua mata kuliah yang dipelajari dalam Teologi, ajaran tentang keselamatan adalah doktrin yang mendapat tempat sangat penting.[2]. Pemahaman yang benar mengenai ajaran ini akan sangat mempengaruhi kehidupan orang Kristen secara praktis.
Banyak orang yang menganggap ajaran tentang keselamatan tidak perlu lagi diajarkan kepada jemaat yang sudah “Dewasa”. Dengan kata lain, hanya perlu diajarkan bagi para petobat baru. Akibatnya banyak jemaat yang masih bingung bahkan punya pemahaman yang salah mengenai ajaran ini. Padahal jika diperhatikan dengan baik, ajaran ini selalu menjadi pokok penting di setiap pembahasan Paulus dalam surat-suratnya.
Karya Penyelamatan tidak dimulai pada zaman Yesus, tetapi sejak kekekalan Ia telah memulai karya ini. Ada orang yang berfikir bahwa karya keselamatan hanya dikerjakan oleh Yesus dan selebihnya adalah pekerjaan kita. Itulah sebabnya penulis berharap melalui penulisan ini, dapat menjelaskan bagaimana Pribadi Bapa, Anak dan Roh Kudus berkarya dalam keselamatan orang percaya. Sehingga dalam pembuatan makalah ini penulis mengambil Judul : “KARYA PENYELAMATAN ALLAH TRITUNGGAL”. Penulis tahu bahwa ini sulit menjelaskan semuanya dalam 12 halaman, tapi setidaknya memberikan gambaran yang singkat.

BAB II
KONSEP KESELAMATAN DALAM IMAN KRISTEN
Latar Belakang Karya Penyelamatan Allah
            Pada mulanya ketika Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, Alkitab beberapa kali berkata bahwa semua diciptakan dalam keadaan baik adanya (Kejadian 1:31), bahkan manusia diciptakanNya menurut gambarNya (Kej. 1:26,27). Lebih dari pada itu manusia diberikan kuasa atas segala ciptaan lainnya (kej 1:28). Ciptaan Allah begitu indah. Akan tetapi ketika saat membaca selanjutnya kisah dalam kejadian 3, terjadi sebuah peristiwa yang sangat mengerikan. Ciptaan yang tadinya semuanya indah dan baik adanya, rusak karena pelanggaran Adam dan Hawa terhadap perintah Tuhan. Kehendak bebas (free will) yang diberikan Allah kepada manusia akhirnya lebih memilih untuk melawan perintah Allah.  Peristiwa dalam kejadian 3 ini telah mengubah status manusia menjadi mahkluk yang tidak bisa mengelak dari kematian. Manusia menerima konsekuensi dari pelanggaran mereka ( Kej 2:17). Pelanggaran Adam dan Hawa membuat semua ciptaan lainnya (Kej 3:18) dan bahkan semua keturunannya harus menerima konsekuensi dari dosa itu. Daniel Ronda menyebutnya “Dosa Warisan”[3] (Roma 3:23; 5:12; 6:3; Efs 2:1; Kol 2:13; Ibr 9:27).
Kematian manusia bukan hanya sekedar menanggung kematian secara fisik, tetapi lebih dari pada itu, yakni kematian rohani atau Kerusakan Moral secara total/ Total Divrivity (Ef 2:1), yang berarti bahwa keterpisahan dari Allah selama-lamanya. Dengan demikian, Sama halnya dengan seorang yang mati secara fisik tidak akan bisa berespon apa-apa ketika di berikan hal-hal jasmani, demikian dengan orang yang mati secara Rohani juga tidak akan berespon ketika mendengar atau melihat hal-hal yang Rohani. Orang yang mati secara rohani tidak akan bisa berespon kepada hal-hal rohani. Segala kehendaknya hanya melakukan hal yang jahat dimata Tuhan. Alkitab secara tegas menyatakan bahwa sebaik apapun moral seseorang, bagi Allah itu adalah adalah sebuah kejijikan (Yesaya 64:6). Bahkan akibat dosa, sebenarnya kecenderungan manusia hanya untuk melakukan yang jahat di mata Tuhan.[4] Tidak ada jalan bagi manusia untuk bisa kembali kepada Allah. Dengan kata lain manusia tidak akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri. hubungan itu hanya akan terjalin kembali ketika Allah yang mencari manusia. ( Kej 3:...; Yoh 15:16).
Karya Penyelamatan Allah Tritunggal
Allah adalah kasih adanya (1 Yoh 4:8). Kejatuhan manusia dalam dosa memutuskan hubungan Allah dan manusia, tetapi tidak menghilangkan kasih Allah kepada Manusia (Yoh 3:16). Allah membenci dosa tetapi mengasihi manusia, sehingga ini menjadi seperti sebuah “Dilema”. Dosa harus dihukum (Rom 6:23), tetapi disisi lain Allah mengasihi manusia yang berdosa (Yer 31:3). Lalu bagaimana cara Allah mempertemukan antara penghukuman dan kasihNya? Karya Allah Teritunggal terlihat jelas dalam “Rencana kekal” Allah. Paulus menggambarkan hal ini secara jelas dalam Efesus 1:3-14.
Allah Bapa Merencanakan Karya Penyelamatan
( Pemilihan/Predestinasi, Panggilan Allah dan kelahiran kembali)
Pilihan/Predestinasi
Karya Allah dimulai dari pemilihan Allah sejak sebelum dunia dijadikan (Ef. 2:6). Pemilihan ini dilakukakanNya berdasarkan kedaulatanNya secara penuh. Ia tidak berkewajiban untuk memilih siapapun, karena sebenarnya semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah. (Rom 3:23).[5] Hanya karena oleh kasihNya, Ia memilih (walaupun itu tidak harus bagiNya) menyelamatkan sebagian orang untuk menikmati kemuliaanNya.[6] Pemilihan ini juga disebut sebagai “Perdestinasi”. Menurut Abraham Park, “Takdir mutlak ini bukan berdasarkan pada pekerjaan yang baik, perbuatan mulia... Hanya oleh kehendak Allah yang berdaulat.”[7] Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak dipilih? Doktrin ini tidak muda untuk dipahami tetapi ada dua pandangan yang berbeda mengenai pertanyaan ini. Ada sebagian orang berpendapat bahwa Allah secara aktif menetapkan orang-orang yang akan binasa (Amsal 14:6; Yoh 17:12; Luk 22:22; Yud 1:4); Sedangkan sebagian orang berpendapat bahwah Allah membiarkan mereka, artinya Allah tidak secara aktif menentukan mereka untuk binasa. Akan tetapi apa yang penting bahwa manusia yang tidak dipilih, binasa karena dosanya sendiri bukan karena ditentukan untuk binasa atau bukan karean tidak dipilih, sehingga Allah tidak bertanggung jawab atas kebinasaan mereka. Mereka binasa karena dosanya sendiri ( Luk 22:22).
Panggilan Allah
Ada dua jenis panggilan Allah:
1.      Panggilan Umum, merupakan Panggilan atau tindakan Allah menawarkan keselamatan kepada semua orang tanpa terkecuali. Panggilan keselamatan ditujukan kepada semua manusia. panggilan ini dapat ditolak atau diterima oleh manusia (Matius 11:28; Yohanes 3:16; Matius 28:19,20; Mat 22:9).
2.      Panggilan Efektif, panggilan ini hanya ditujukan kepada orang-orang pilihanNya. Panggilan ini begitu kuat, karena Allah sendiri yang memanggil walaupun kadang Dia menggunakan berbagai sarana untuk memanggil orang-orang pilihanNya, termasuk juga dengan menggunakan panggilan umum. Panggilan Efektif tidak dapat ditolak. Bagaimana pun kita harus mengakui bahwa Allah bekerja dalam diri manusia sehingga bisa menerima Panggilan itu ( Filipi 2:13; 1 Kor 12:3)
Kelahiran Kembali
Semua manusia yang telah mati secara rohani (Efs 2:1) tidak lagi mampu merespon terhadap hal-hal yang rohani. Dengan kata lain, tidak ada kemauan untuk kembali kepada Allah. Itulah sebabnya diperlukan kelahiran kembali. Kelahiran kembali merupakan tindakan Allah untuk memberikan kehidupan rohani kepada manusia untuk bisa berespon terhadap Injil.[8] Itulah sebabnya dalam pengalaman pribadi kita, James M. Boice berkata: “Langkah pertamanya adalah kelahiran kembali secara Rohani”.[9]
Seorang yang tidak dilahirkan kembali tidak akan mampu berespon kepada kasih karunia atau keselamatan yang di tawarkan oleh Allah (Yoh 6:44).  Kelahiran kembali sepenuhnya dikerjakan oleh Allah (Yoh 6:65). Kalau manusia bisa bersepon terhadap Injil, karena manusia itu telah dilahirkan kembali.[10]
Kristus melaksanakan Karya Penyelamatan
( Pengorbanan, Penebusan/Pengampunan dan pembenaran)
Setelah melihat peran Bapa dalam merencanakan keselamatan, selanjutnya, penulis akan menjelaskan bagaimana karya itu dilaksanakan oleh pribadi kedua dari Tritunggal - oleh AnakNya yang tunggal Yesus Kristus.
Pengorbanan
            Pengorbanan Kristus bukan hanya terjadi diatas kayu salib, tetapi terjadi sejak Ia berinkarnasi dan menjadi seorang manusia sejati. Seperti yang dapat dilihat dalam Filipi 2:6,7, dimana Ia “Yang walaupun dalam rupa Allah, . . . telah mengosongkan diriNya sendiri dan menjadi sama dengan manusia”. Ia adalah Allah yang empunya segala yang ada, tetapi datang dalam sebuah keadaanNya sebagai manusia yang hina. Ia Taat kepada Bapa sampai Dia harus mati diatas kayu salib untuk menggantikan manusia yang seharusnya dihukum karena dosa. John Calvin pernah berkata: “Anak Allah menjadi Anak Manusia sehingga anak-anak manusia menjadi anak-anak Allah.
Penebusan
Dalam konsep Perjanjian lama, Tidak ada pengampunan dosa tanpa korban yang disembelih. Itulah sebabNya Ibrani 9:22 menegaskan bahwa “. . . Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”. Sehingg Kristus sendiri datang menjadi korban pendamaian untuk segala dosa manusia (1 Yoh 2:2).  Kematian Kristus telah membuktikan keadilan Allah yang harus menghukum dosa, sekaligus membuktikan kasihNya yang begitu besar kepada manusia. seluruh murka Allah telah ditimpahkan kepada Kristus diatas kayu salib. Kematian Kristus juga digambarkan sebagai pembayaran utang dosa (Mat 20:28).  Masalah yang muncul adalah, apakah Yesus mati bagi semua orang atau hanya bagi orang pilihan saja? Untuk menjawab pertanyaan ini, prinsip yang tidak bisa dilupakan adalah “Barangsiapa yang percaya akan diselamatkan, yang tidak percaya akan binasa”. Hanya orang yang dilahir barukan yang bisa percaya. Dan hanya orang pilihan yang akan menerima Roh kudus untuk bisa lahir baru dan percaya dan bertobat kepada Kristus.
Pembenaran Di dalam Kristus
            Kata “Pembenaran” sering dipakai dalam pengadilan untuk menyatakan seorang dinyatakan salah atau benar. Hakim berhak menyatakan seorang salah atau benar. Pembenaran di dalam Kristus diartikan bahwa ketika detik pertama seorang percaya kepada Kristus, kebenaran Kristus menjadi kebenarannya juga. Detik pertama ketika menjadi pengikut Kristus, dia disatukan dengan Kristus ( Roma 8:10; Kol 1:27; Yoh 15:7), sehingga Allah tidak lagi melihat manusia yang penuh dengan dosa, tetapi melihat Kristus yang ada dalam diri orang percaya yang penuh dengan kekudusan ( Yoh 17:19). Yesus tidak berdosa, sehingga ketidak berdosaan Kristus menjadi bagian orang percaya.
            Kesatuan orang percaya dengan Kristus dapat digambarkan seperti hubungan pernikahan, dimana ketika seorang telah menikah, maka: “Apa yang menjadi milik istri menjadi milik suami, demikian juga apa yang menjadi milik suami juga menjadi milik istri”.[11] Apa yang menjadi miliki orang percaya? Dosa, ketidakbenaran, ketidak adilan, kenajisan, dll. Itu sudah diberikan kepada Kristus dan Dia telah memikulnya diatas kayu Salib. Apa yang dimiliki Kristus? Kebenaran, kekudusan, ketaatan, dll. Juga diberikan kepada setiap orang percaya. Jadi, orang Kristen dibenarkan bukan karena usahanya untuk melakukan yang benar, tetapi kebenaran Kristus itulah yang membenarkan orang percaya. Itulah sebabnya bukan hanya kelahiran, kematian, dan kebangkitan Kristus yang penting bagi orang Kristen, tetapi juga seluruh kehidupanNya. Karena ketaatanNya juga penting sebagai dasar bagi orang percaya dibenarkan.
            Menurut Paul Ellis, ketika orang percaya jatuh dalam dosa, Ia tidak sedih dan marah lagi karena dosa itu, karena kemarahanNya sepenuhnya sudah ditimpakan kepada Kristus, hanya Dia bersedih karena dosa membuat anak-anakNya tidak bisa menikmati hadiratNya.[12] Allah tidak menghakimi dosa yang sama dua kali. Ia telah menghukum semua dosa diatas kayu salib. Inilah pembenaran di dalam Yesus Kristus.
Roh Kudus Menyelesaikan Karya Penyelamatan
( Iman, Pertobatan, Pengudusan, adopsi dan ketekunan orang Percaya, )
Setelah membahas bagaimana Yesus melaksanakan karya penyelamatan Allah, kita akan melihat bagaiman karya Allah dalam menyelesaikan keselamatan melalui Roh Kudus. Iman, pertobatan dan Pengudusan, adopsi, dan ketekunan orang percaya  pekerjaan Allah melalui  Roh kudus yang memampukan orang percaya tetap terjaga keselamatannya.[13]
Iman
            Iman adalah karya Roh kudus yang harus ada dalam proses keselamatan.[14] Beberapa ayat yang menegaskan hal ini, Ibrani 11:6 “Tanpa Iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah”. Demikian juga dengan Efesus 2:8,9 “Sebab karena kasih Karunia kamu diselamatka oleh iman...”. Iman yang benar dan menyelamatkan adalah iman yang mencakup pengetahuan (akal), Pengakuan (mulut) dan kepercayaan (dalam Hati).[15] Dengan demikian secara otomatis akan menimbulkan pertobatan.
Pertobatan
            Pertobatan merupakan penyesalan secara mendalam dan tulus dari seseorang karena dosa, serta komitmen yang baru untuk taat kepada Kristus.[16] pertobatan di terjemahkan dari kata Yunani “μετανοια” yang berarti “Perubahan Pikiran”.[17] Artinya ketika seorang telah disatukan dengan Kristus, dia akan memiliki pikiran yang baru. Kemungkinan untuk tetap jatuh dalam dosa tetap akan ada, tetapi akan sangat berbeda, karena sebenarnya seorang yang telah bertobat pasti tidak mau jatuh dalam dosa, sehingga dia akan sangat terpukul dan tidak akan mau jatuh lagi. Dengan kata lain, dia akan membenci dosa. Penulis ingin menggambarkan antara orang bertobat dengan orang yang belum bertobat itu seperti perbedaan antara ayam dan bebek yang jatuh kedalam air. Perhatikan jika ayam jatuh dalam air, ia tidak akan merasa tenang disana karena bukan tempatnya, sehingga ia akan berusaha untuk keluar dari air. Berbeda halnya dengan bebek, ia tidak akan berusaha untuk keluar dari dalam air, justru ia akan menikmati berenang di dalam air, karena itu adalah tempatnya.
Pengudusan
            Banyak orang Kristen memahami salah arti kekudusan. Ada yang berfikir bahwa kekudusan diperoleh ketika seseorang dapat menaati peritah Tuhan dalam Alkitab. Paham ini keliru, karena sebenarnya tidak ada satupun yang bisa manusia lakukan untuk menjadi kudus. Itu adalah karya Roh kudus dalam diri orang percaya. Pengudusan ada tiga macam: Pertama,  pengudusan Secara status. Paulus sering menyebut jemaat sebagai orang kudus (Rom 1:7; Efe 1:1,Fil 1:1, dll). Orang percaya sudah dikuduskan (1 Kor 6:11).[18]  Namun dalam perjalanan terkadang orang percaya tidak hidup sesuai dengan statusnya/identitasnya sehingga ada pengudusan yang Kedua, pengudusan secara Progresif, dimana pengudusan ini berlaku sepanjang hidup orang percaya. Setiap hari semakin dikuduskan. itulah sebabnya 1 Petrus 1:16 berkata “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”. Penulis surat ini bukan bermaksud untuk meminta kita memperoleh pengudusan, tetapi justru karena kita sudah dikuduskan sehingga kita perlu hidup sesuai dengan identitas atau status kita. Ketiga, pengudusan secara Final akan terjadi ketika orang percaya telah masuk surga dimana tidak ada lagi kemungkinan untuk jatuh dalam dosa. Orang percaya akan hidup sesaui dengan identitasnya. 
Adopsi
            Detik pertama ketika seorang menjadi percaya, Ia diangkat menjadi anak-anak Allah ( Yoh 1:12) atau di adopsi, sehingga status orang percaya bukan lagi sebagai musuh Allah (Roma 5:10) melainkan anak-anak yang sangat di kasihi. Status sebagai anak-anak Allah ini penting, karena ketika kita menjadi anak, tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Bapa. “Bapa mengasihimu ketika engkau baik, dan Ia mengasihimu ketika engkau nakal”.[19] Ia mengasihi anak-anakNya sepanjang waktu dengan kasih yang kekal. Seperti layaknya seorang Bapa yang baik, Ia mengasihi anak-anakNya terlepas dari perilaku mereka. Apapun keadaannya, tidak akan mengubah statusnya. Kasih Bapa bukan kasih yang bersyarat, tetapi tanpa syarat.
Ketekunan Orang Percaya
            Ketekunan orang-orang percaya adalah karya Roh Kudus dalam diri manusia yang memampukan manusia untuk hidup taat kepada Allah sebagai cara Allah menjamin keselamatan orang percaya. Penulis percaya, “Sekali selamat tetap selamat”. Itu berarti bahwa keselamatan tidak akan hilang karena tidak bergantung pada manusia melainkan bergantung pada kuasa Roh Kudus yang terus memampukan orang percaya selalu taat. Jadi, sangat keliru kalau ada orang percaya yang mengaku telah diselamatkan tetapi masih memiliki pola hidup yang sama sebelum menjadi orang percaya.
BAB III
PAHAM-PAHAM YANG KELIRU MENGENAI KESELAMATAN
Antinomianisme Dan Legalisme
            Sejak Reformasih protestan, ada dua pemahaman ekstrim yang biasa dilakukan ketika salah memahami Injil yang Alkitabiah yakni Antinomianisme dan Legalisme. Kedua istilah ini berasal dari kata latin dan Yunani yang berarti “Hukum”.[20]
1.    Legalisme, adalah pandangan yang menganggap bahwa segala yang diberikan Allah bagi kita adalah merupakan hasil kerja kita. Ketika kita melakukan kebaikan, Allah berhutang untuk memberkati kita dengan kebaikan kita.[21] Legalisme bukan hanya percaya bahwa kita diselamatkan melalui perbuatan baik, tetapi juga melihat kasih Allah yang sifatnya bersyarat atau tergantung pada apa yang bisa kita lakukan. Paham ini juga banyak ada dalam gereja yang terlalu menekankan Moralitas dan sedikit mengabaikan Injil. Sebenarnya ada banyak orang yang berfikir seperti ini, di mulut mereka mengaku diselamatkan oleh Anugrah Allah, tetapi dalam kenyataan mereka selalu mengandalkan ibadah dan kebenaran diri sendiri.
Jika pemahaman ini benar, maka penulis yakin bahwa surga akan dipenuhi oleh orang-orang sombong, yang dimana akan saling memperlihatkan kemampuannya bagaimana bisa sampai ke surga.
2.    Antinomianisme, terdiri dari tiga kata, “Anti” berarti “Berlawanan”, “Nomos” berarti “Hukum” dan “Isme” artinya “Pandangan” atau “ide”. Antinomianisme adalah sebuah penalaran yang keliru dari Karunia Allah dalam injil. Pandangan ini berfikir bahwa kita bisa berhubungan dengan Allah tanpa perlu menaati perkataan dan perintahNya. Pandangan ini terlalu melebih-lebihkan kasih Allah dan lupa sifat allah yang lainnya, mereka lupa keadilan, kekudusan dan kesucian Allah. Mereka sama sekali tidak peduli terhadap perilaku manusia, mereka lupa bahwa Alkitab juga banyak bicara mengenai Upah.
Hyper Grace dan Hyper Calvinisme
            Kedua pandangan ini kadang sulit untuk dibedakan. Bahkan mungkin beberapa orang mengidentikkannya. Pada dasarnya kesimpulan yang diambil oleh kedua pandangan ini hampir sama, tetapi perbedaan yang sangat menonjol pada penekanan masing-masing. Hyper Calvinisme menitikberatkan keselamatan pada Presdestinasi, sedangkan Hyper Calvinis melatakkan konsepnya pada dasar salib Kristus. Penulis berfikir bahwa konsep atau dasar Teologi mereka sangat cukup Alkitabiah, tetapi kesimpulan yang mereka tarik sangat keliru. Interpretasi mereka terhadap kasih karunia Allah justru membawah kepada paham yang salah:
1.    Hyper Grace,[22]  menganggap bahwah pengampunan sudah diberikan Tuhan sehingga orang Kristen tidak perlu lagi minta ampun dan mengaku dosa kepada Tuhan. Tidak perlu membicarakan dosa dan aturan-aturan hukum yang sifatnya mengikat. Namun mereka lupa bahwa memang pengakuan kita tidak membuat kita di ampuni, tetapi itu menyukakan hati Bapa. Mereka juga lupa bahwa Alkitab baik PL maupun PB bukan hanya bicara soal pemberian Tuhan secara Cuma-Cuma, tetapi juga bicara soal Upah.
2.    Hyper Calvinis, mengemukakan bahwa karena keselamatan sudah ditentukan Tuhan sehingga sebenarnya tidak ada lagi gunanya kita memberitakan Injil dan bisa hidup semaunya karena keselamatan kita dijamin Tuhan. Mereka lupa bahwa bukti seorang yang telah diselamatkan dan di benarkan pasti tidak akan hidup lagi dalam dosa, karena mereka adalah hamba kebenaran.
BAB IV
KESIMPULAN
            Dari semua penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa doktrin keselamatan adalah doktrin yang sangat Urgen dalam iman Kristen. Pemahaman orang Kristen mengenai keselamatan sangat mempengaruhi tindakan iman seseorang. Karena itu penting sekali gereja menjelaskan pemahaman yang benar kepada jemaat.
            Keselamatan adalah murni karya Allah tanpa andil manusia di dalamnya. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk memegahkan diri. Peran ketiga Pribadi Allah sangat nyata dalam karya penyelamatan Allah, dimana Allah merencanakan, Yesus Kristus melaksanakan Karya itu dan Roh kudus  menjamin serta menyelesaikan keselamatan orang-orang pilihan Allah. Allah telah membenarkan dan menguduskan orang percaya karena kekudusan Yesus, sehingga keselamatan tidak akan hilang. Hal itu bukan berarti bahwa orang kristen bisa hidup semaunya atau tetap hidup dalam dosa, tetapi justru Allah memampukan orang percaya untuk hidup taat sebagai jaminan keselamatan.
            Doktrin pembenaran dan pengudusan merupakan ciri khas dari iman Kristen. Namun, tidak sedikit orang Kristen yang tidak memahami dengan benar ajaran ini. oleh sebab itu penting bagi setiap hamba Tuhan atau calon hamba Tuhan diperlengkapi dengan ajaran ini. Penulis  sangat terinspirasi oleh sebuah buku yang dikarang oleh Tomothy Killer “Preaching” yang menekankan pentingnya Injil disampaikan dalam setiap pemberitaan kita. Killer menekankan bahwa sebenarnya semua topik dalam Alkitab selalu berorientasi pada Kristus.[23] Jadi, bicara apapun tujuan akhirnya adalah membawah orang mengerti Injil. Segala kemuliaan hanya bagi Allah adalah akhir dari seluruh tujuan hidup kita.


[1] Cristofer J. Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ) 2018, 2
[2] Cristopfer J. Luthy, Penyampaian dalam materi Kuliah TS III
[3] Daniel Ronda, Dasar Teologia yang Teguh  ( Makassar: STT Jaffray Makassar, 2013), 82
[4] James M. Boice, Dasar-dasar Iman Kristen ( Surabaya: Momentum, 2015), 474.
[5] Hendry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2015), 393.
[6] Cristofer J. Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ) 2018, 6
[7] Abraham Park, Sejarah Penebusan: Pertemuan yang tak Terlupakan ( Jakarta: Yayasan Damai Sejahtera Utama, 2011), 26.
[8] Cristofer J. Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ) 2018, 17
[9] James M. Boice, Dasar-dasar Iman Kristen ( Surabaya: Momentum, 2015), 457
[10] Cristofer J. Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ, 2018), 18
[11] Ide ini saya dapat dari Dosen, Cristofer Luthy.
[12] Paul ellis, Injil Dalam 10 Kata, ( Indonesia: Light Publishing, 2013),
[13] James M. Boice, Dasar-dasar Iman Kristen ( Surabaya: Momentum, 2015), 467
[14] Ibid, 463
[15] Cristofer J. Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ, 2018), 19.
[16] Ibid,. 21
[17] Ibid,. 21
[18] Cristofer J. Luthy, Catatan Teologi sistematika III, (Makassar: STTJ, 2018),43.
[19] Paul ellis, Injil Dalam 10 Kata, ( Indonesia: Light Publishing, 2013), 19.
[20] Timothy Keller, Preaching :Berkhotbah, ( Jawa Timur: Perkantas, 2018), 47.
[21] Ibid,
[22] Sebenarnya ada banyak point-point lain, tetapi menurut penulis kedua pandangan ini yang menonjol.
[23] Timothy Keller, Preaching :Berkhotbah, ( Jawa Timur: Perkantas, 2018),


Tidak ada komentar:

Posting Komentar